Minggu, 28 Agustus 2016


Konsumen adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang lain, berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah yang disebut sebagai lingkungan social konsumen. Konsumen saling berinteraksi satu sama yang lain, saling mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting. Salah satunya unsur lingkungan social adalah budaya.

Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Dengan kata lain faktor budaya merupakan faktor paling utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut suatau analisis, lahirnya masyarakat konsumsi pertama kali muncul di Inggris pada abad ke XVII ketika ada bebarapa kejadian penting yang berlangsung. pengaruh budaya dapat mempengaruhi berbagai makna budaya dalam masyarakat dalam suatu proses yang berkesinambungan dan timbal balik yang hamper mirip dengan analisis roda konsumen.

Pengertian Budaya
Salah satu unsur lingkungan sosial adalah budaya. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya buka hanya bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, indang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Engel,Blackwell dan Miniard (1995) menyebutkan 10 sikap dan perilaku yang sangat dipengaruhi oleh budaya , yaitu :
1.    Kesadaran diri dan ruang (sense of self and space).
2.    Komunikasi dan bahasa.
3.    Pakaian dan penampilan.
4.    Makanan dan kebiasaan makan.
5.    Waktu dan kesadaran akan waktu.
6.    Hubungan keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah.
7.    Nilai dan norma.
8.    Kepercayaan dan sikap.
9.    Proses mental dan belajar.
10.  Kebiasaan kerja.

      Unsur-Unsur Budaya
Ø  Nilai (Value)
Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat. Nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan budayanya.  Nilai akan mempengaruhi sikap seseorang, yang kemudian sikap akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Contoh nilai-nilai yang dianut orang Indonesia :
        a.  Laki-laki adalah kepala rumah tangga.
        b.  Menghormati orang tua dan orang yang lebih tua.
        Contoh Perubahan Beberapa Nilai :

Nilai yang Berubah

Pengaruh Terhadap Konsumsi

Dulu sedikit wanita yang memakai jilbab, sekarang banyak wanita yang memakai jilbab.

Kebutuhan akan pakaian muslimah meningkat

Semakin banyak wanita mulai bekerja diluar rumah

Pemakaian kosmetik, pakaian kerja, dan transportasi meningkat

Wanita diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

Permintaan pakaiana, peralatan sekolah, transportasi meningkat

Wanita banyak memakai celana panjang sebagai pengganti rok

Permintaan celana panjang meningkat

Laki-laki banyak yang hobi kesalon dan menggunakan anting

Frekuensi ke salon meningkat dan permintaan perhiasan meningkat

Ø  Norma (Norms)
Norma adalah aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Norma di bagi dua yang pertama norma yang disepakati berdasakan aturan pemerintah, biasanya berbentu peraturan , undang-undang. Norma yang kedua adalah norma yang ada dalam budaya dan bisa di pahami dan dihayati jika orang tersebut berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang sama.
Ø  Kebiasaan (Customs)
Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya. Kebiasaan diturunkan dari generasi ke generasi secara turun temurun.



Beberapa Perayaan Keagamaan di Berbagai Daerah
Daerah
Budaya
Keterangan
Pengaruh Terhadap Konsumsi
Padang
Manjalang Mintuo
Mengantar makanan ke rumah mertua sebelum bulan puasa, dalam bulan puasa, dan saat lebaran
Meningkatkan pembeliaan bahan makanan (beras, lauk pauk)




Aceh
Rabu abek
Pergi ke tempat wisata minggu terakhir menjelang puasa
Meningkatkan pembeliaan bahan makanan

Ø  Larangan (Mores)
Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral, biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam suatu masyarakat. Pelanggaran terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan sangsi sosial. Biasanya bersumber dari budaya atau nilai-nilai agama.
Beberapa Larangan yang Dijumpai di Beberapa Daerah
Larangan
Alasan
Apabila istri hamil dilarang bagi suami/istri melukai atau membunuh binatang
Anaknya akan cacat
Dilarang foto bertiga
Karena nanti salah satunya akan celaka
Anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu dan tangga
Nanti akan terjadi sesuatu yang buruk, yang bisa berakibat susah dapat jodoh

Ø  Konvensi (Conventions)
Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari, anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari, dan biasanya berkaitan dengan perilaku konsumen yang rutin dilakukan konsumen. Contohnya minum teh dan kopi dengan gula, memasak menggunakan garam, anak yang menyebut orang tuanya ayah/ibu, ayah/bunda, papa/mama, umi/abi, mami/papi.
Ø  Mitos
Mitos menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai dan idealisme bagi suatu masyarakat.
Ø  Simbol
Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama , warna, konsep) yang memiliki arti penting lainnya ( makna budaya yang diinginkan). Contoh bendera warna kuning yang dipasang disuatu tempat adalah simbol bahwa ada warga yang meninggal di daerah tersebut.
Ø  Budaya dan Konsumsi .
Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, budaya adalah variable utama  dalam penciptaan dan komunikasi makna didalam produk. Persepsi konsumen terhadap sesuatu termasuk bagaimana cara berpikir, percaya, dan bertindak ditentukan oleh lingkungan budaya sekitar konsumen itu berada serta kelompok yang berhubungan dengan konsumen. Kebudayaan mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari secara total dan diwariskan. hal ini mengandung arti bahwa kebudayaan tidak hanya mencakup tindakan yang berlandaskan naluri tapi juga dipelajari. Kebudayaan mempengaruhi perilaku pembelian karena budaya menyerap ke dalam kehidupan sehari-hari. Budaya menetapkan apa yang kita dengar dan makan, dimana kita tinggal dan kemana kita bepergian. Budaya mempengaruhi bagaimana kita membeli dan menggunakan produk dan kepuasan kita tehadap produk-produk tersebut.

      Budaya dan Konsumsi
      Produk mempunyai fungsi, bentuk dan arti . Ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun, bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk . Produk juga harus memenuhi harapan tentang norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan, crispy (renyah) untuk makanan yang digoreng,   makanan harus panas untuk ‘steak hot plate’ atau dingin untuk ‘ agar-agar pencuci mulut’.Seringkali produk juga didukung dengan bentuk tertentu untuk menekankan simbol fungsi seperti ‘ kristal biru’ pada detergen untuk pakaian menjadi lebih putih. Produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat misal “ bayam” diasosiasikan dengan kekuatan dalam film Popeye atau makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga resep turun temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan Sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon dalam ibadat agama.
      Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi ,distribusi dan penetapan harga. Untuk mengembangkan strategi yang efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi konsumen. Sebagaimana strategi dalam penciptaan ragam produk , segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan budaya masyarakat. Beberapa perubahan pemasaran yang dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :
1.      Tekanan pada kualitas
2.      Peranan wanita yang berubah
3.      Perubahan kehidupan keluarga
4.      Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan
5.      Waktu senggang yang meningkat
6.      Pembelian secara impulsif
7.      Hasrat akan kenyamanan

Terkait dengan faktor-faktor perilaku konsumen tersebut, seorang marketer lebih baik mempertimbangkan pembuatan produk yang sesuai dengan perilaku konsumen (dari budaya ke produk) daripada menciptakan suatu produk yang dapat membentuk konsumen yang baru (produk ke budaya). Diagram di atas menggambarkan bagaimana hubungan antara budaya konsumen dengan kebutuhannya dan dilihat sebagai pasar potensial. Produk kemudian datang atau produk membentuk budaya baru dalam pasar tersebut. Kembali pada konsep awal munculnya perdagangan, jual beli terjadi karena ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Seluruh kebutuhan yang tidak terpenuhi adalah pasar potensial, ketika pasar sudah ditemukan maka produk akan masuk dengan mudah. Budaya sendiri merupakan kata lain dari faktor lingkungan, sehingga ketika lingkungan konsumen beraktivitas berbeda, maka kebutuhannya juga berbeda.
Seorang marketer akan melihat peluang dari budaya yang ada, lalu berusaha menginterpretasikannya kedalam sebuah produk sesuai dengan keinginan konsumen. Penerapan konsep ini di lapangan diharapkan memberikan efek positif bagi penjualan produk. Contoh dari kedua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Budaya ke produk
PT Sido Muncul merupakan salah satu produsen jamu yang telah melakukan bisnisnya sejak tahun 1940. Berawal dari dari kebiasaan masyarakat indonesia yang gemar meminum jamu, PT Sido Muncul mengemas jamu dalam bentuk yang praktis sehingga menjadi produk yang dapat diterima oleh masyarakat
2.      Produk ke budaya
Apple Inc. berusaha menciptakan terobosan baru dalam dunia media elektronik dengan mengeluarkan produk-produk berteknologi tinggi seperti ipad, iphone, dan mac book. Inovasi yang dilakukan oleh Apple Inc.s sebagai sebuah perusahaan besar, berusaha untuk membentuk kebiasaan baru pada masyarakat dunia, dengan harapan terjadi pergesaran budaya dan life style masyarakat dunia saat ini

Analisis Konsumen secara Lintas Budaya
Untuk menentukan bagaimana memasuki pasar di luar negeri, pelaku pasar perlu mengadakan suatu bentuk analisis konsumen secara lintas budaya (cross cultural consumer analysis). Analisis konsumen secara lintas budaya ini adalah usaha untuk menentukan derajat persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih negara. Analisis tersebut dapat menyediakan pemahaman terhadap karakteristik psikologis, sosial, dan budaya konsumen yang menjadi target bagi pelaku pasar, sehingga mereka dapat mendesain strategi pemasaran yang efektif.

Akulturasi Adalah Sudut Pandang Penjualan Yang Penting
Banyak pelaku pasar bermaksud melakukan perluasan internasional dengan melakukan strategi yang salah dengan percaya bila sebuah produk disukai oleh konsumen local atau domestik, kemudian semua orang akan menyukainya. Sudut pandang yang bias ini meningkatkan kemungkinan kegagalan penjualan jadi menyebar. Untuk mengatasi pandangan yang sempit dan myopic culturally, pelaku pasar harus melakukan acculturation process. Mereka harus mempelajari yang relevan tentang kegunaan dan penggunaan potensial produk mereka di negara-negara asing yang menjadi target pemasaran.
Akulturasi lintas budaya adalah proses ganda (dual process) untuk penjual. Pertama, penjual harus mengenalkan dengan seksama diri mereka nilai-nilai (values), kepercayaan (beliefs), dan adat istiadat (customs) dari masyarakat yang baru untuk posisi dan pasar yang tepat bagi produk mereka. Kedua, untuk mendapatkan penerimaan bagi produk baru di masyarakat asing, mereka harus mengembangkan satu strategi yang mendorong anggota masyarakat untuk merubah atau memecahkan tradisi mereka sendiri.

Segmentasi Psikografik Antar Budaya
Terdapat perbedaan sikap atau perilaku yang penting dalam menentukan kepuasan antar konsumer yang memungkinkan munculnya pembagian consumer berdasarkan perbedaan kultur. Beberapa perusahaan mungkin mendirikan strategi global branding, sedangkan perusahaan lainnya dibentuk dengan strategi individual/local marketing.
Penelitian di Amerika Utara dan Selatan, Asia, dan Eropa tentang nilai dasar motivasi yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku menghasilkan 6 kelompok global values market segments, yaitu :
1.      strivers: menyukai kekayaan, status, ambisi, dan kekuasaan. Mereka berpikir bahwa persoalan material adalah sesuatu yang sangat penting.
2.      devouts: mempunyai nilai-nilai tradisional seperti keyakinan, kewajiban, kepatuhan, menghormati yang lebih tua. sedikit tergabung dengan media dan tidak terlalu menyukai produk luar, khususnya di Afrika dan Asia Tengah dan Timur.
3.      altruists : ekstroversion, suka masalah-masalah social dan penyebabnya. Biasanya berpendidikan baik, usia-usia lebih tua (antara umur 44), dan kebanyakan wanita. (Rusia dan Amerika Latin)
4.      intimates : “people-people”, focus pada hubungan yang akrab, bersahabat, kekeluargaan. Terdapat di England, Hungary, Belanda, dan US.
5.      fun seekers : grup paling muda, menyukai sesuatu yang menarik, petualangan, kesenangan, terlihat menarik, menghabiskan waktu di bar dan restoran. Suka akan media elektronik, gaya hidup global khususnya musik.
6.      creatives : menyukai teknologi, pengetahuan, dan belajar, consumer terbesar pada media seperti buku, majalah, dan Koran. Menyukai barang yang menggunakan PC dan surfing di web.

KESALAHAN MARKETING : KEGAGALAN DALAM MENGERTI PERBEDAAN
Banyak marketers yang dalam market internasional yang tidak tahu apakah produk, pendekatan promosi, aturan harga, atau saluran eceran yang efektif di satu negara dan di negara lain serta mencoba menentukan perubahan spesifik apa yang harus dilakukan untuk setiap pasar asing.

MASALAH PRODUK
Marketers internasional seringnya menolak untuk memodifikasi produknya untuk memenuhi keinginan budaya lokal. Marketers Amerika yang menjual produk makanan di Jepang seringnya menemukan kesulitan yang akhirnya mengharuskan mereka mengubah karakteristik asal produknya. Contoh lain, perusahaan besar cereal, Kellogg, berusaha menghindari berbagai ’jebakan budaya’ yang berhubungan dengan pasar makanan yang cross culture dalam ekspansi internasionalnya. Sudah dipelajari dengan hati-hati perbedaan antara orang irlandia yang mengkonsumsi cereal paling banyak dengan orang Perancis, Italia, dan Yunani yang sarapannya tidak memasukkan cereal.
Untuk mengatasi masalah ’jebakan budaya’ seperti itu maka marketers harus memastikan dengan teliti apakah karakteristik fisik produk mereka bisa diterima di pasar baru atau tidak. Warna juga merupakan variabel yang penting dalam pasar internasional, karena satu warna yang sama sering memiliki arti yang berbeda di budaya-budaya yang berbeda. Contohnya : warna biru di Belanda artinya hangat, di Iran berarti kematian, di Swedia berkonotasi dingin, di India berarti kemurnian. Hal ini menjadi penting karena warna produk dan kemasan harus memberikan arti yang tepat di negara dimana produk tersebut dipasarkan.

Masalah Promosi
Ketika berkomunikasi dengan konsumer di berbagai negara, pesan promosi harus konsisten dengan bahasa dan budaya yang tepat dengan target masyarakatnya. Contohnya : perusahaan 7-up sukses dengan tema ’uncola’ di pasar US, menjadi tidak tepat bagi banyak pasar asing karena hal itu tidak dialihbahasakan dengan baik dengan bahasa setempat. Belajar kesalahan dengan lebih cepat, perusahaan multinasional seperti P&G dan Ford sekarang bekerja keras menjadi reseptif pada nilai dan rasa yang khusus pada pasar lokal. Tindakan cepatnya adalah menarik sponsorshipnya pada program tv di beberapa negara ketika seks dan kekerasan pada tv show tersebut dinilai terlalu keras/berat.
Nama produk dan kalimat promosi juga bisa menyebabkan suatu masalah bagi marketers internasional. Kata ’clock’ di Cina terdengar seperti kata ’kematian’. Chevrolet nova tidak terjual dengan baik di Amerika Latin karena di Spanyol kata nova berarti ’tidak berlari’.

 Masalah Harga Dan Distribusi
Marketers internasional harus menyesuaikan peraturan harga dan ditribusi mereka dengan kondisi ekonomi dan tradisi lokal. Sebagai contoh di banyak negara berkembang, produk ukuran kecil sering menjadi keharusan karena konsumer tidak dapat mengeluarkan biaya yang banyak untuk ukuran yang lebih besar yang lebih populer di US dan negara kaya lainnya. Juga harus diingat bahwa pandangan Amerika dengan ’harga murah’ bisa dipandang tidak sama di negara lain. Contoh : US fastfood franchises yang beroperasi di Mexico seperti McDonald, Burger King, Wendy’s dinilai fastfood kelas mahal di Mexico.
Sistem distribusi tradisional Jepang berbeda dengan sistem di US, hubungan yang kompleks terjadi antara perusahaan manufaktur Jepang , distributor, dan retailernya. Contoh : membutuhkan waktu selama 24 tahun bagi Jepang dari saat US mengenalkan ’apples’ nya sampai ’apples’ tersebut benar-benar mencapai pasar saat konsumer Jepang bisa membelinya. Karena itu, marketers harus dapat membedakan saluran distribusi mereka di berbagai bangsa.
     
Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual), dan pembuangan (divestment ritual). Berikut contoh pengaruh kebudayaan yang mempengaruhi pembelian itu sendiri:
1.   Pengaruh Budaya Terhadap Pemaknaan Sebuah Produk.
Budaya menuntun individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai ataupun norma. Dalam tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing yang membawa pemaknaan terhadap suatu produk. Contohnya : labelisasi Halal pada setiap produk yang dapat di konsumsi oleh umat Islam, yang di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.

2.   Pengaruh Budaya Terhadap Pengambilan Keputusan Individu.
Individu dalam mengambil keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya. Di antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil keputusan. Contohnya : Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh nilai : Kegiatan amal yang di lakukan individu, dengan menyantuni semua anak yatim dalam suatu panti, merupakan tindakan yang bernilai, yang akan memperoleh pahala dan kebajikan bagi dirinya. Tetapi tidak bagi individu lain, karena dianggap hal itu merupakan pemborosan. Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh norma : Di daerah Padang, di haruskan bagi para siswa sekolah untuk bisa membaca Al-Qur’an. Namun tidak bagi daerah di Papua.

3.   Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi.
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.

4.   Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan.
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.

5.   Pengaruh Budaya yang tidak disadari.
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.

6.   Pengaruh Budaya dapat dipelajari.
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.

      Perilaku Konsumen Lintas Budaya (Cross Cultural Consumer Behavior)
      Dalam melakukan pemasaran yang melintasi batas-batas negara dituntut suatu interaksi dengan orang-orang dan lembaga-lembaga serta organisasi yang dikelola dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda.
      Memahami tingkah laku konsumen bagi perusahaan yang memasarkan produknya dalam batas-batas suatu negara sudah cukup sulit. Pemasar internasional harus memahami perbedaan dan menyesuaikan produk serta program pemasarannya untuk memenuhi budaya dan kebutuhan unik konsumen dalam berbagai pasar..
      Perbedaan-perbedaan kultural (culture difference) sangat mempengaruhi perilaku pasar. Supaya berhasil dikancah mancanegara, perusahaan harus memahami kultur negara-negara tujuan dan mempelajari bagaimana mengadaptasinya. Oleh karena itu, pemasar internasional perlu sedapat mungkin membiasakan diri dengan sifat kultural dari setiap negara, dimana mereka menggeluti lapangan usaha. Secara umum bahwa kebudayaan harus memiliki tiga karateristik
1. Kebudayaan dipelajari, artinya, kebudayaan diperoleh setiap orang sepanjang masa melalui keanggotaan mereka di dalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Kebudayaan bersifat berkaitan, artinya setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya unsur agama berkaitan erat dengan unsur perkawina, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
3. Kebudayaan dibagikan, artinnya prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam suatu kelompok.

Dari titik pandang seorang pemasar, suatu cara memperoleh pemahaman kebudayaan adalah menganalisis elemen-elemen kebudayaan dalam suatu negara, sebagai berikut:
1.   Kehidupan material mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang dilakukan oleh    manusia untuk memperoleh nafkah.
2.   Interaksi sosial membangun aturan-aturan yang dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta pola kekuasaan dan kewajiban mereka.
3.   Bahasa, komunikasi terungkap melalui kata-kata, gerak-gerik, air muka, dan gerakan tubuh lainnya. Oleh karena itu, seorang pemasar internasional harus berhati-hati dalam menangani persoalan bahasa dalam trensaksi-transaksi dagang, kontrak, negosiasi, reklame, dan sebagainya.
4.   Estetika meliputi seni(arts), drama, musik, kesenian rakyat dan arsitektur yang terdapat dalam masyarakat. Nilai estetika dari suatu masyarakat tampak pada corak, bentuk, warna, ekspresi, simbol, gerak-gerik, emosi, perawakan yang bernilai dan berkaitan dengan suatu budaya tertentu. Atribut-atribut ini memiliki pengaruh pada desain/ model dan promosi untuk produk yang berbeda.
5.   Nilai dan sikap, setiap kultur mempunyai seperangkat nilai dan sikap yang mempengaruhi hampir segenap aspek perilaku manusia dan membawa keteraturan pada suatu masyarakat/ individu-individunya.
6.   Agama dan kepercayaan, agama mempengaruhi pandangan hidup, makna dan konsep suatu kebudayaan. Oleh karena prinsip dan sikap agama mungkin sangat mempengaruhi pemasaran barang dan jasa, maka pemasar internasional harus peka terhadap prinsip agama tuan rumah dimana mereka akan melakukan pemasaran.
7.   Edukasi meliputi proses penerusan keahlian, gagasan, sikap dan juga pelatihan dalam disiplin tertentu. Salah satu fungsi edukasi adalah mentransmisikan kultur dan tradisi yang ada ke generasi baru. Meskipun demikian edukasi dapat pula digunakan untuk melakukan perubahan kultural.
8.  Kebiasaaan-kebiasaan dan tata karma, kebiasaan (customs) adalah praktek-praktek yang lazim/mapan. Tata krama(manners) adalah perilaku-perilaku yang dianggap tepat di dalam suatu masyarakat tertentu. Para manajer harus memperhatikan perbedaan-perbedaan dalam cara produk digunakan.
9.   Etika dan Moral, pengertian dari apa yang disebut benar dan apa yang salah didasarkan pada kebudayaan. Contoh: perbedaan perangai orang-orang jepang dan orang-orang korea juga menggambarkan masalah etika. Orang-orang jepang bersifat formal dan berhati-hati, sedangkan orang korea bersifat informal dan ramah.
     
      Dalam pemasaran, analisis lintas budaya digunakan dalam rangka mendapatkan suatu pengertian atas segmen-segmen pasar dalam dan di seberang batas-batas nasional. Tujuan analisis ialah menentukan apakah pemasaran, dapat digunakan di dalam satu atau lebih pasar asing ataukah harus dimodifikasi untuk memenuhi kondisi lokal. Dalam pemasaran, analisis lintas budaya sering memerlukan pengidentifikasian implikasi kultur terhadap peran-peran pembelian keluarga, fungsi produk, desain produk, aktivitas promosi dan penjualan, sistem saluran dan penentuan harga.
1.   Misinterpretasi Penilaian Lintas Budaya
Secara konseptual analisis kultural itu dapat didasarkan pada yang manapun dari ketiga pendekatan sebagai berikut:
a.   Pendekatan etnosentrime, menganggap “kamilah yang terbaik”. Banyak perusahaan AS salah karena menganggap bahwa apa yang baik di tempat sendiri pasti baik juga di pasar-pasar luar negeri.
b.    Pendekatan asimilasi, menganggap bahwa karena Amerika adalah wadah percampuran budaya, maka ciri-ciri khas budaya yang tampak di masyarakat Amerika pasti cocok di manapun.
c.    Pendekatan keunggulan pandangan tuan rumah, memberi perhatian pada keadaan pasar dan menekankan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada ciri khas budaya setempat, budaya tuan rumah.

Berikut adalah garis besar analisis antar budaya mengenai tingkah laku konsumen:
1)      Menentukan motivasi yang relevan dalam suatu budaya.
2)      Menentukan karateristik pola tingkah laku.
3)      Menentukan bidang nilai budaya mana yang relevan dengan produk ini.
4)      Menentukan bentuk karateristik dalam membuat keputusan.
5)      Mengevaluasi metode promosi yang cocok dengan budaya setempat.
6)      Menentukan lembaga yang cocok untuk produk ini menurut pikiran konsumen.

2.    Adaptasi Budaya
       Adaptasi budaya (cultural adaptation) mengacu pada penentuan kebijaksanaan bisnis yang sesuai dengan ciri khas budaya suatu masyarakat. Secara esensial, ada tiga lingkup yang tercakup dalam adaptasi bisnis luar negeri: produk, institusi dan individu.
a.   Produk dapat dipasarkan ke luar negeri, dengan dimodifikasi hingga cocok dengan iklim, spesifikasi elektronik, preferensi warna, dan minat luar negeri, atau produk itu dirancang ulang sama sekali agak sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
b. Tingkah laku institusi meliputi adaptasi organisasi dan interaksi-interaksi bisnis untuk mencocokkan dengan perspektif negara setempat. Misalnya: perusahaan AS di Spanyol mengizinkan para pekerjanya untuk istirahat siang.
c.   Adaptasi tanggapan individu terhadap situasi negara-negara setempat harus benar-benar bebas dari SRC( berdasarkan kriteria sendiri/ self-reference criterion). Adaptasi seperti ini dituntut dalam segala hal arti waktu, tingkah laku sosial, interaksi dalam keluarga, dan lain-lain.



Berdasarkan model diatas dapat dijelaskan bahwa komponen inti dari model tersebut adalah consumer decision making yang merupakan proses menerima, mengevaluasi informasi merk produk tertentu. Ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang selanjutnya akan menentukan respon konsumen.
Pertama adalah konsumen itu sendiri. Ada dua unsur dari konsumen itu sendiri yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi, sikap, dan karakteristik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup, dan kepribadian konsumen.
Faktor kedua adalah pengaruh lingkungan yang terdiri atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial dan situasi lain yang menentukan.Faktor lingkungan ini melalui komunikasi akan menyediakan informasi yang dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen. Adapun bentuk dari komunikasi dari mulut kemulut, komunikasi pemasaran dan lintas kelompok. Setelah konsumen membuat keputusan, evaluasi stelah pembelian dilakukan.
Selama proses evaluasi ini, konsumen akan belajar dari pengalaman dan merubah pola pikirnya, menegevaluasi merk dan memilih merk yang disukai. Pengalaman ini secara langsung akan berpengaruh pada pembelian ulang berikutnya.

Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi perilaku konsumen sangat penting untuk dipengaruhi pemasar. Pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses, output. Prosesnya seperti yang disajikan pada gambar di bawah ini.

Jika dilihat dari gambar diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut.
a)  Masukan (Input)
Di dalam masukan, dijelaskan mengenai faktor-faktor diluar diri konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor - faktor tersebut adalah:
1)      Masukan Pemasaran
Masukan pemasaran mengambil bentuk berbagai strategi bauran  pemasaran,meliputi produk (termasuk kemasan, ukuran, jaminan), promosi (seperti iklan,pemasaran langsung, penjualan personal, dan lainnya), kebijakan harga, dan pemilihan saluran distribusi.
2)      Masukan Sosial Budaya
Masukan sosiobudaya yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah keluarga, sumber informal, sumber nonkomersial (seperti komentar teman, ataupun anggota keluarga yang menggunakan produk bersangkutan),kelas sosial, budaya dan sub budaya. 

b) Proses (Process)
Proses keputusan pembelian konsumen diawali dengan adanya pengenalan kebutuhan, yaitu ketika konsumen dihadapkan pada suatu “masalah” yang membuat dirinya menjadi tahu akan apa yang dibutuhkannya. Selanjutnya konsumen akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang dibutuhkannya.
Proses pencarian informasi ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan produk yang dibutuhkan, seperti pertimbangan mengenai harga produk tersebut, informasi dan nasihat dari teman - teman, rekan sekerja,maupun para wiraniaga. Dari berbagai informasi yang diperoleh, konsumen akan melakukan evaluasi atas alternatif-alternatif merek produk yang tersedia. Proses pengambilan keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti motivasi, persepsi, belajar, kepribadian, dan sikap. Selain itu, pengalaman masa lalu juga dapat memberikan informasi yang memadai untuk melakukan pengambilan keputusan saat ini.

c) Keluaran ( Output )
Di dalam keluaran terdapat perilaku pembelian dan evaluasi pascapembelian. Dengan dibelinya suatu merek produk tertentu atau terjadinya pembelian, konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase evaluation). Ketika konsumen menggunakan suatu produk,terutama selama pembelian percobaan (penjajakan untuk menilai suatu produk), mereka akan menilai kinerja produk tersebut menurut berbagai harapan mereka.
Adapun tiga hasil penilaian yang mungkin timbul, yaitu: kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral, kinerjamelebihi harapan yang menimbulkan kepuasan, serta kinerja dibawah harapan yang menimbulkan ketidakpuasan. Untuk masing- masing hasil ini, harapan dan ketidakpuasan konsumen mempunyai hubungan erat, yaitu konsumen cenderung menilai pengalaman mereka terhadap harapan-harapan mereka ketika melakukan evaluasi pasca pembelian. Analisis pasca pembelian yang dilakukan para konsumen tergantung pada pentingnya keputusan produk dan pengalaman yang diperoleh dalam memakai produk tersebut. Jika produk tersebut berfungsi sesuai dengan harapan, mereka mungkin akan membelinya lagi, tetapi jika kinerja produk tidak memenuhi harapan atau mengecewakan, mereka akan mencari kembali berbagai alternatif yang lebih sesuai. Evaluasi pasca pembelian konsumen akan memberikan umpan balik, seperti pengalaman psikologis konsumen, maupun mempengaruhi konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan di waktu yangakan datang. Proses pengambilan keputusan oleh konsumen ini akan terus berulang sampai konsumen merasa puas atas keputusan pembeliannya.

Tahap - Tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan            
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Setiap konsumen melewati tahap ini untuk setiap pembelian yang mereka buat. Dalam pembelian yang rutin mereka membalik tahap - tahap tersebut.
-         Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian oleh konsumen diawali sejak pembeli mengenali kebutuhan atau masalah. Kebutuhan tersebut dapat ditimbulkan oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal, terjadi pada salah satu kebutuhan umum seseorang (seperti lapar dan haus) telah mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Sedangkan rangsangan eksternal, salah satunya terjadi karena seseorang menonton iklan atau melihat produk baru milik tetangganya.
-         Pencarian Informasi
Setelah konsumen yang terangsang kebutuhannya, konsumen akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Orang lebih peka terhadap informasi produk. Selanjutnya, orang mulai aktif mencari informasi: bertanya kepada teman, mendatangi toko untuk mencari tahu atau membuka-buka internet untuk membandingkan spesifisikasi dan harga barang.
-         Evaluasi Alternatif
Evaluasi umunya mencerminkan keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perilaku pem
belian mereka. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan seseorang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Yang tak kalah pentingnya dengan k
eyakinan adalah sikap. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada sesorang pada objek atau gagasan tertentu (Spector, 2000 dalam Kotler dan Keller, 2007).
-         Keputusan Pembelian
Dalam suatu kasus pembelian, konsumen bisa mengambil beberapa sub keputusan, meliputi merk, pemasok, jumlah, waktu pelaksanaan dan metode pembayaran. Contohnya ketika m
embeli kendaraan atau peralatan mesin. Namun dalam pembelian produk sehari-hari, keputusan konsumen bisa jadi lebih sederhana. Contohnya ketika membeli gula, seorang konsumen tidak banyak berfikir tentang pemasok atau metode pembayaran.
-         Perilaku Pascapembelian
Setelah pembelian dilakukan, konsumen akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Konsumen akan membandingkan produk yang telah ia beli, dengan produk lain. Hal ini dikarenakan konsumen mengalami ketidakcocokan dengan fasilitas-fasilitas tertentu pada barang yang telah ia beli, atau mendengar keunggulan tentang merek lain.

KESIMPULAN
Dengan banyaknya perbedaan sekarang antara sesama penduduk di sebuah negara mudah untuk mengerti bahwa perbedaan yang besar mungkin terjadi di antara penduduk dari negara yang berbeda, mempunyai budaya, value, kepercayaan, dan bahasa yang berbeda. Jika pemasaran internasional adalah untuk memuaskan kebutuhan konsumen, mereka harus mengerti persamaan dan perbedaan yang relevan yang ada di antara orang-orang di negara target mereka.
Ketika konsumen membuat keputusan pembelian, mereka tampak menyadari negara-negara asli tempat barang yang mereka beli dihasilkan. Konsumen seringkali punya perlakuan khusus atau bahkan preferensi untuk produk yang dibuat di negara tertentu. Efek negara-asli ini mempengaruhi bagaimana konsumen menilai kualitas dan terkadang merek yang pada akhirnya mereka pilih.
Untuk beberapa pedagang internasional, akulturasi adalah dual process. Beberapa masalah yang terjadi dalam analisis lintas budaya terdiri dari perbedaan bahasa, pola konsumsi, kebutuhan, penggunaan produk, kondisi social ekonomi, kondisi pemasaran, dan kesempatan penelitian pasar. Ada kebutuhan mendesak untuk analisis lintas budaya yang konseptual dan sistematis dalam karakteristik psikologi, social, dan budaya mengenai kebiasaan mengkonsumsi dari konsumen asing. Analisis ini akan mengidentifikasi meningkatnya kesempatan pemasaran yang akan menguntungkan pedagang internasional dan konsumen target mereka.

 PPT cross-cultural variation in consumer behavior
https://drive.google.com/file/d/0BxzZZrOdrx58a1BzNkgzT1F3RVU/view?usp=sharing