MOTIVATION
Motivasi adalah alasan berperilaku. Motif adalah mengapa (why) seseorang itu melakukan sesuatu.
Motivasi adalah alasan berperilaku. Motif adalah mengapa (why) seseorang itu melakukan sesuatu.
Motif
adalah suatu bentuk dari dorongan dalam diri yang tidak tampak yang
menstimulasi dan memaksa suatu respon perilaku dan menetapkan arah yang khusus
kepada respon tersebut.
Kebutuhan
dan Motif mempengaruhi apa yang konsumen terima yang relevan dan juga
mempengaruhi perasaan dan emosi mereka.
Theories
of Motivation ( 2 ) :
1. Maslow’s Hierarchy of Needs
1. Maslow’s Hierarchy of Needs
Teori
Kebutuhan Maslow didasarkan dari 4 dasar pemikiran, yaitu :
· Semua manusia memiliki rangkaian motif yang
sama melalui sumbangan genetik dan interaksi sosial.
· Beberapa motif lebih mendasar/penting
dibandingkan motif lainnya
· Motif yang lebih mendasar harus dipuaskan
terlebih dahulu sampai pada level minimum sebelum motif yang lain muncul
· Ketika motif yang mendasar terpuaskan, maka
motif yang lebih tinggi muncul.
Teori
Kebutuhan Maslow terdiri dari :
1. Physiological:
makanan, minuman, hiburan
Contoh: makanan kesehatan, makanan rendah kolesterol, minuman
Contoh: makanan kesehatan, makanan rendah kolesterol, minuman
2. Safety:
mencari keamanan fisik, stabilitas, lingkungan yang akrab
Contoh: obat preventif, asuransi, alarm, sunscreen
Contoh: obat preventif, asuransi, alarm, sunscreen
3. Belongingness:
keinginan untuk mencintai, persahabatan, afiliasi dan penerimaan kelompok
Contoh: makanan, hiburan, pakaian
Contoh: makanan, hiburan, pakaian
4. Esteem:
keinginan terhadap status, dihargai, prestise, superioritas
Contoh: pakaian, perabot, hobby, mobil, makanan
Contoh: pakaian, perabot, hobby, mobil, makanan
5. Self
Actualization: keinginan untuk self fulfillment
Contoh: pendidikan, hobby, olahraga.
Contoh: pendidikan, hobby, olahraga.
2. McGuire’s
Psychological Motives
Terdiri atas 4 kategori utama, yaitu :
Terdiri atas 4 kategori utama, yaitu :
1. Apakah yang memotivasi itu secara kognitif
atau afektif
2. Apakah motif difokuskan dalam keadaan
status quo atau perkembangan
3. Apakah perilaku secara aktif muncul atau
respon terhadap lingkungan
4. Apakah
perilaku membantu individu mencapai hubungan internal atau eksternal yang baru terhadap
lingkungan
McGuire’s Psychological Motives terdiri dari
:
1. Cognitive
preservation motives
2. Cognitive growth motives
3. Affective preservation motives
4. Affective growth motives
2. Cognitive growth motives
3. Affective preservation motives
4. Affective growth motives
Cognitive Preservation Motives Need for Consistency
(aktif, internal)
Keinginan dasar untuk memiliki perilaku, sikap, opini dan
self image yang konsisten dengan yang lainnya. Manusia akan mengurangi motif
yang tidak konsisten. Konsumen memiliki konsistensi internal sehingga mereka
enggan menerima informasi yang tidak sesuai dengan kepercayaan yang ada.
Strategi: Menggunakan sumber yang sangat kredibel
·
Need for Attribution (aktif, eksternal)
Kebutuhan untuk menentukan siapa dan apa yang menyebabkan
sesuatu terjadi kepada kita.
Teori atribusi: Konsumen memberikan arti khusus terhadap
perilaku orang lain yang dijadikan dasar untuk menganalisa reakasi konsumen
terhadap pesan promosi.
Strategi: Menggunakan spokeperson yang kredibel
·
Need to Categorize (pasif, internal)
Orang butuh mengkategorikan dan meng-organize luasnya informasi
dan pengalaman.
Contoh : Rp.999.900,Rp.495.000
Strategi : Menghindari kategori di atas Rp.1.000.000, Rp.500.000
Strategi : Menghindari kategori di atas Rp.1.000.000, Rp.500.000
·
Need for Objectification (pasif, internal)
Kebutuhan untuk dapat melihat tanda atau symbol yang
membuat orang menyimpulkan apa yang mereka rasa dan ketahui.
Contoh : Pakaian memegang peranan penting yang tidak
dapat dipisahkan dari image dan gaya hidup seseorang.
Cognitive
Growth Motives Need for autonomy (aktif, internal)
Kebutuhan akan independensi dan individual. Memiliki produk atau layanan yang unik adalah salah satu cara untuk mengeskpresikan autonomi.
Contoh : Amerika vs Japan
Strategi : Mengeluarkan barang edisi terbatas (limited edition), menyediakan pilihan yang sangat beragam dan customize.
Kebutuhan akan independensi dan individual. Memiliki produk atau layanan yang unik adalah salah satu cara untuk mengeskpresikan autonomi.
Contoh : Amerika vs Japan
Strategi : Mengeluarkan barang edisi terbatas (limited edition), menyediakan pilihan yang sangat beragam dan customize.
·
Need for stimulation (aktif, eksternal)
Orang sering mencari variasi dan stimulasi yang berbeda.
Mencari variasi mungkin menjadi alasan utama untuk mengganti merk (brand
switching) dan terkadang disebut dorongan membeli (impulse purchasing). Orang
yang lingkungannya stabil cenderung cepat bosan.
· Teleological Need (pasif, eksternal)
Konsumen menghubungkan antara gambaran
terhadap hasil atau kondisi akhir dengan situasi mereka yang sekarang. Konsumen
memandang bagaimana dunia ini seharusnya berjalan.
·
Utilitarian Need (pasif, eksternal)
Konsumen sebagai pemecah masalah yang melihat
situasi sebagai kesempatan untuk memperoleh informasi yang berguna dan keahlian
yang baru.
Affective
Preservation Motives Need for Tension Reduction (aktif, internal)
Manusia menghadapi situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan ketidaknyamanan atau stress.
Strategi: Produk rekreasi
Manusia menghadapi situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan ketidaknyamanan atau stress.
Strategi: Produk rekreasi
·
Need for Expression (aktif, eksternal)
Kebutuhan untuk mengekspresikan indentitas seseorang
kepada orang lain dengan membeli dan menggunakan barang. Seperti pakaian dan
mobil memiliki arti simbolik atau ekspresif.
·
Need for Ego Defense (pasif, internal)
Kebutuhan untuk mempertahankan identitas atau ego
seseorang. Ketika identitas seseorang terancam maka ia termotivasi untuk
melindungi konsep dirinya dan menggunakan perilaku defensive.
· Need for Reinforcement (pasif, eksternal)
Orang termotivasi untuk bertindak dalam cara tertentu karena mereka diberi reward untuk berperilaku seperti itu
dalam situasi yang sama di masa lalu.
Affective
Growth Motives
·
Need for Assertion (aktif, internal)
Orang bersaing untuk mencari kesuksesan, kekaguman dan dominasi. Hal yang penting adalah power, prestasi dan harga diri.
Orang bersaing untuk mencari kesuksesan, kekaguman dan dominasi. Hal yang penting adalah power, prestasi dan harga diri.
·
Need for Affiliation (aktif, internal)
Kebutuhan untuk membangun saling menolong dan berhubungan dengan orang lain.
Kebutuhan untuk membangun saling menolong dan berhubungan dengan orang lain.
·
Need for Identification (pasif, internal)
Konsumen memainkan berbagai peran. Sebagai mahasiswa, ibu rumah tangga, anak.
Strategi: Mendorong konsumen untuk menerima peran baru dan produk position bagi peran tertentu.
Konsumen memainkan berbagai peran. Sebagai mahasiswa, ibu rumah tangga, anak.
Strategi: Mendorong konsumen untuk menerima peran baru dan produk position bagi peran tertentu.
·
Need for Modeling (passive, external)
Kecenderungan untuk meniru perilaku orang lain, menjelaskan konformitas yang terjadi dalam kelompok acuan.
Kecenderungan untuk meniru perilaku orang lain, menjelaskan konformitas yang terjadi dalam kelompok acuan.
MOTIVATION THEORY AND MARKETING STRATEGY
Konsumen
tidak membeli produk, tetapi membeli pemuasan motif atau pemecahan masalah.
Tergantung pada istilah needs. Marketer dapat menciptakan demand. Demand adalah
keinginan untuk membeli produk atau layanan tertentu. Hal ini disebabkan oleh
suatu kebutuhan atau motif.
Discovering Purchase Motives
·
Manifest motives, motif yang diketahui dan
diakui secara bebas
· Laten motives, motif yang tidak diketahui dan
konsumen enggan untuk mengakuinya. Lebih kompleks sehingga membutuhkan pengukuran
dengan tehnik proyektif.
Marketing
Strategies Based on Multiple Motives
Sekali seorang manager membatasi kombinasi dari motif
yang mempengaruhi dari target pasar, tugas selanjutnya adalah membentuk
strategi pemasaran yang sesuai dengan motif tersebut, dari mendesign produk sampai
komunikasi pemasaran.
Pertimbangan:
Melibatkan lebih dari satu motif, produk harus memiliki keuntungan yang lebih.
Motifnya manifest atau latent
Melibatkan lebih dari satu motif, produk harus memiliki keuntungan yang lebih.
Motifnya manifest atau latent
Motivation and Consumer
Involvement
Involvement adalah kondisi motivasional yang
disebabkan oleh persepsi konsumen yang produk, merk, atau iklannya relevan atau
menarik.
Needs memiliki peran yang kuat dalam
menentukan apakah relevan atau menarik bagi konsumen.
Involvement penting bagi marketers karena:
·
Mempengaruhi perilaku konsumen
·
Memberi perhatian terhadap pesan
·
Melakukan analisa dan belajar informasi baru
·
Mencari informasi lain sebelum memutuskan
·
Sebagai opinion leaders
·
Mempengaruhi pemilihan strategi marketing
High involvement: cenderung menjadi product experts dan
lebih terpengaruh
oleh iklan yang memuat informasi produk yang detail.
Low involvement: kurang ahli, lebih terpersuasi dengan
gambar, emosi dan sumber pesan.
Marketing Strategies Based on Motivation Conflict
Pemecahan dari konflik motivasional sering mempengaruhi
pola konsumsi. Marketer dapat menganalisa situasi yang mungkin menyebabkan
konflik motivasional dan menyediakan solusi dari konflik, dan menarik lindungan
dari konsumen yang menghadapi konflik tersebut
Marketing Strategies Based on Motivation Conflict :
1. Approach–approach
2. Approach–avoidance
3. Avoidance–avoidance
1. Approach–approach
2. Approach–avoidance
3. Avoidance–avoidance
Approach – Approach
Motivational Conflict
Konsumen harus memilih antara dua alternative pilihan
yang menarik. Semakin sama ketertarikan itu, semakin besar konfliknya.
Contoh: paket liburan ke pantai atau gunung.
Strategi: Iklan bertahap yang didesain untuk mendorong
satu atau tindakan yang lainnya.
Approach – Avoidance
Motivational Conflict
Konsumen memilih konsekuensi yang positif dan negative.
Contoh: Orang yang diet
Avoidance – Avoidance
Motivational Conflict
Konsumen hanya melibatkan hasil yang tidak diinginkan.
Contoh: Mesin cuci rusak
Strategi: Barang kredit
PERSONALITY
Personality adalah kecenderungan respon karakteristik individu terhadap situasi yang sama.
Personality adalah kecenderungan respon karakteristik individu terhadap situasi yang sama.
Dalam konteks
marketing disebut trait. Teori trait (sifat) mengasumsikan bahwa:
Semua individu memiliki karakteristik individual atau sifat berhubungan dengan kecenderungan perilaku.
Semua individu memiliki karakteristik individual atau sifat berhubungan dengan kecenderungan perilaku.
Terdapat
perbedaan yang konsisten dan dapat diukur antara individu dan karakteristiknya.
Multitrait Approach
Satu kepribadian secara khusus relevan untuk
memahami rangkaian dari perilaku.Contohnya: sombong, cemas, locus of control, pencari sensasi, pembeli kompulsif, materialism, intensitas perasaan, self monitoring.
Extraversion
|
Pribadi seperti ini merupakan pengguna
informasi tipe strategik (Steirenova & Susol, 2005) dimana dalam
pengaksesan informasinya didorong oleh motivasi eksternal (lingkungan sosial
maupun peer group). Karena pribadinya yang hangat, umumnya ia bersikap dan
berpikiran positif terhadap sumber informasi yang digunakannya namun karena
kepribadian ini juga bersifat easy
going, maka individu ini biasanya tidak mengakses informasi
secara mendalam seperti pada tipe analitik. Seringnya individu yang seperti
ini merasa cukup/puas dengan informasi yang diperolehnya.
|
Openness to Experience
|
Dimensi kepribadian opennes to experience
sering dikaitkan dengan intelektualitas, ketertarikan pada hal-hal yang baru,
innovativeness, dan keterbukaan terhadap pengalaman baru (Srivastava, 2006).
|
Agreeableness
|
Berdasarkan survey, seseorang yang
memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang
memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang.
|
Conscientiousness
|
Seseorang dengan tingkat conscientious
tinggi memiliki ambisi. Lingkungan menggambarkannya sebagai seseorang yang
well-organize, tepat waktu, dan ambisius.
|
Instability
|
Trait
ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi.
Mengidentifikasikecenderungan individu apakah mudah mengalami stres.
|
Single – Trait Approach
Satu kepribadian secara khusus relevan untuk memahami
rangkaian dari perilaku. Contohnya: sombong, cemas, locus of control, pencari
sensasi, pembeli kompulsif, materialism, intensitas perasaan, self monitoring.
Consumer Ethnocentrism
Consumer Ethnocentrism
Perbedaan individu dalam kecenderungan membeli produk
luar negeri.
Low ethnocentrism: lebih terbuka terhadap budaya lain, kurang konservatif, dan lebih terbuka dalam membeli produk asing.
Low ethnocentrism: lebih terbuka terhadap budaya lain, kurang konservatif, dan lebih terbuka dalam membeli produk asing.
High ethnocentrism : kurang terbuka terhadap budaya lain,
lebih konservatif dan lebih menolak produk asing.
Need for Cognition
Perbedaan individu dalam kecenderungan berpikir dan menikmatinya.
High NFC: membutuhkan upaya yang lebih dalam proses komunikasi yang persuasive, lebih menyenangi infomasi verbal dari pada visual, dan kurang terpengaruh oleh pendapat orang lain.
High NFC: membutuhkan upaya yang lebih dalam proses komunikasi yang persuasive, lebih menyenangi infomasi verbal dari pada visual, dan kurang terpengaruh oleh pendapat orang lain.
Consumers’ Need for
Uniqueness
Perbedaan individu dalam kecenderungan mengkonsumsi
barang yang berbeda dari orang lain melalui penerimaan, penggunaan, dan
penempatan dari barang-barang. Strateginya dengan sengaja membuat barang
langka. Memproduksi item sedikit dibandingkan dengan permintaan yang
diprediksikan
THE USE
PERSONALITY IN MARKETING PRACTICE
Brand
image adalah apa yang orang pikirkan dan rasakan ketika mereka mendengar atau
melihat suatu nama merk. Brand personality adalah image khusus tentang suatu
merk. Brand personality adalah rangkaian karakteristik manusia yang
diasosiasikan dengan suatu merk.
Brand
personalities menciptakan harapan mengenai karakteristik kunci, penampilan dan
keuntungan, pelayanan yang berhubungan.
Brand
personalities sering menjadi dasar hubungan jangka panjang dengan merk.
Jennifer Aaker dalam Azoulay ,
Journal Brand Management (November 2003:148). “The Brand Personality dimensions” adalah suatu kerangka untuk
menggambarkan dan mengukur kepribadian merek dalam lima dimensi inti. Model ini
mendasarkan lima dimensi inti tersebut berdasarkan analogi manusia.
Aaker (1997) mengembangkan 5
dimensi brand personality yang
terdiri dari Sincerity, Excitement,
Competence, Sophistication dan Rugedness.
1.
Pertama adalah
Sincerity (Down-to-earth, family-oriented, small town, honest, sincere,
realistic, wholesome, original, cheerful, sentimental and friendly).Dimensi
ini menunjukkan sifat manusia yang tulus. Jika diaplikasikan pada brand dimensi
sincerity atau kesungguhan hati ini
mencerminkan bagaimana brand benar-benar
menunjukkan konsistensinya dalam memenuhi
need (kebutuhan), want (keinginan),
danexpectation (harapan) dari
konsumen.
2.
Kedua adalah
excitement (Contemporary, independent, up-to-date, unique, imaginative, young,
cool, sprited, exciting, trendy and daring)Excitement artinya kegembiraan,
bagaimana sebuah brand mampu
memberikan kesenangan pada pemakainya.
3.
Ketiga adalah dimensi Competence (Reliable, hardworking, sincere, intelligent, technical,
corporate, successful, leader and confident). Dimensi Competence ini menunjukkan bahwa suatu brand punya kemampuan untuk
menunjukkan keberadaanya di pasar.
4.
Keempat adalah dimensi sophisticating (Upper class, glamor, good-looking, charming, feminine
and smooth)Dimensi ini lebih mengacu pada bagaimana suatu brand memberikan
nilai bagi konsumennya. Ada dua elemen yaitu upper class dan charming.
5.
Dimensi yang kelima adalah rugedness (Outdoorsy, masculine, western, tough, and rugged)Dimensi
ini menunjukkan bagaimana sebuah brand
mampu bertahan di tengah persingan brand-brand
lain. Elemen outdoorsy mengacu pada
sifat kokoh dan maskulin,
sedangkan tough menunjukkan elemen
yang kuat.
Communicating
Brand Personality
Celebrity
Endorsers
Melambangkan
suatu merk dimana karakteristik dan makna dari selebriti dapat ditansfer ke
merk
User
imagery
Menunjukkan
pengguna khusus dengan image yang sesuai dengan aktifitas yang mereka lakukan
ketika menggunakan merk (sifat, aktifitas dan emosi)
Executional
Factors
Melampaui
pesan utama termasuk “how” hal tersebut dikomunikasikan. Tone (serius vs
santai), daya tarik (menakutkan vs humor), logo dan karakteristik tulisan,
pemilihan media
EMOTION
Emosi adalah sesuatu yang kuat, secara relative merupakan perasaan yang tidak dikontrol yang mempengaruhi perilaku. Berhubungan erat dengan need, motivasi dan kepribadian.
Emosi sering dipicu oleh peristiwa di lingkungan
Emosi diiringi oleh perubahan psikologis
Emosi secara umum diiringi oleh pemikiran kognitif
Emosi diasosiasikan dengan perilaku
Emosi melibatkan perasaan subjektif
Emosi adalah sesuatu yang kuat, secara relative merupakan perasaan yang tidak dikontrol yang mempengaruhi perilaku. Berhubungan erat dengan need, motivasi dan kepribadian.
Emosi sering dipicu oleh peristiwa di lingkungan
Emosi diiringi oleh perubahan psikologis
Emosi secara umum diiringi oleh pemikiran kognitif
Emosi diasosiasikan dengan perilaku
Emosi melibatkan perasaan subjektif
Kita menggunakan emosi untuk
mengidentifikasi, perasaan khusus, dan merasakan untuk suka atau tidak suka
terhadap perasaan tertentu.
EMOTIONS AND MARKETING STRATEGY
Emotion arousal as a product benefit
Emosi
dikarakteristikan dengan evaluasi positif atau negative. Konsumen mencari
secara aktif produk yang memiliki keuntungan utama atau sekunder. Konsumen
kebanyakan mencari emosi positif, tetapi tidak selalu
Contoh : Las Vegas, Disney Land, Dufan (emotion-arosal destination)
Contoh : Las Vegas, Disney Land, Dufan (emotion-arosal destination)
Emotion reduction as a product benefit
Kebanyakan
emosi itu tidak menyenangkan. Marketers mendesign produk untuk mencegah atau
mengurangi arousal emosi yang tidak menyenangkan.
Cth: Mall, makanan rendah lemak, alcohol
Cth: Mall, makanan rendah lemak, alcohol
Emotion in Advertising
Konten
emosional dalam iklan meningkatkan perhatian, daya tarik, dan kemampuan
Pesan emosional mungkin diproses lebih cepat dari pada pesan netral
Iklan emosional yang memicu evaluasi emosi yang positif akan meningkatkan kesukaan dari iklan itu sendiri.
Pesan emosional mungkin diproses lebih cepat dari pada pesan netral
Iklan emosional yang memicu evaluasi emosi yang positif akan meningkatkan kesukaan dari iklan itu sendiri.
Eksposure
berulang dari emosi positif pada iklan mungkin meningkatkan kesukaan terhadap
merk melalui classical conditioning.
Kesukaan
terhadap merk mungkin juga terjadi secara langsung, dengan cara high
involvement. Iklan yang menggunakan daya tarik emosional akan memperoleh
popularitas.
SLIDE PPT dapat dilihat di : https://docs.google.com/presentation/d/1tFkagYbJSuPNbjyIpSy6NHeZUQe_T9VXNtuPgAn11vU/edit?usp=sharing
SLIDE PPT dapat dilihat di : https://docs.google.com/presentation/d/1tFkagYbJSuPNbjyIpSy6NHeZUQe_T9VXNtuPgAn11vU/edit?usp=sharing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar