LEARNING,
MEMORY, AND PRODUCT POSITIONING
Sifat Pembelajaran
Belajar
sangat penting untuk proses konsumsi.
Perilaku
konsumen sebagian besar adalah tingkah laku yang dipelajari. Kita memperoleh
sebagian besar sikap, nilai-nilai, selera, perilaku, preferensi, makna
simbolis, perasaan melalui pembelajaran.
Budaya dan
kelas sosial, melalui lembaga-lembaga seperti sekolah dan organisasi keagamaan,
serta keluarga, teman, media massa, dan periklanan, memberikan pengalaman
belajar yang sangat mempengaruhi jenis gaya hidup kita mencari dan produk yang
kita konsumsi.
Belajar
adalah perubahan dalam isi atau organisasi memori jangka panjang dan atau
perilaku, dengan demikian, belajar adalah hasil dari pengolahan informasi.
Learning Process
Engel, Blackwell
dan Miniard (1995 ) mengutip pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada
lima tahap pengolahan informasi, yaitu sebagai berikut:
1. Pemaparan
(exposure)
Pemaparan stimulus, yang menyebabakan konsumen menyadari
stimulus tersebut melalui pancainderanya.
2. Perhatian (attention)
Kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap
stimulus yang masuk.
3. Pemahaman (comprehension)
Interpretasi terhadap makna stimulus
4. Penerimaan ( acceptance
)
Dampak persuasif stimulus kepada konsumen
5. Retensi ( retention
)
Pengalihan makna stimulus dan persuasi ke ingatan jangka
panjang(long-term memory)
Perceptual Selection
Konsumen mengambil
dan memilih rangsangan yang diterima (yang dianggap sesuai dengan dirinya).
Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen akan sangat selektif dalam memilih
informasi, yaitu yang akan membantu konsumen dalam mengevaluasi merek yang akan
memenuhi kebutuhan dan memenuhi atau cocok dengan kepercayaan.
Secara alamiah,
otak kita menggerakkan pancaindera untuk menyeleksi stimuli untuk
diperhatikan.Stimuli mana yang akan dipilih tergantung dua faktor yaitu faktor
personal dan faktor stimuli itu sendiri.
a. Faktor personal
Faktor personal antara lain meliputi :
- Pengalaman : Orang cenderung memperhatikan stimuli yang berkaitan dengan pengalamannya.
- Kebutuhan : Orang cenderung memperhatikan stimuli yang berkaitan dengan kebutuhannya.
- Pertahanan diri : Orang akan melihat apa yang ingin dilihat dan melewatkan apa yang tidak ingin dilihat
- Adaptasi : Semakin konsumen beradaptasi terhadap suatu stimulus, akan semakin kurang ia memperhatikan stimulus tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi adaptasi, yaitu :
- intensitas : stimuli yang kurang intens, misalnya bkarena suara lemah atau gambar kabur, cenderung terasa biasa, karena dampak sensorisnya kurang.
- Durasi : stimuli yang membutuhkan waktu eksposurnya lama, cenderung ”terasa biasa” atau ”kurang greget” karena memerlukan perhatian ekstra dari audiens.
- Diskriminasi : stimuli sederhana cenderung terasa biasa karena tidak membutuhkan perhatian khusus untuk diketahui.
- Eksposur : semakin sering stimuli ditayangkan, semakin tinggi kecenderungan ”terasa biasa”
- Relevansi : stimuli yang tidak relevan atau tidak penting cenderung menjadi ”terasa biasa” karena gagal menarik perhatian.
b. Faktor stimulus
Karakteristik
stimulus memegang peranan penting dalam merebut perhatian konsumen. Stimuli
terdiri dari 2 macam :
1. Stimuli
pemasaran
Stimuli pemasaran
adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi
konsumen. Produk dan komponen-komponennya (seperti kemasan, isi, ciri-ciri
fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi
konsumen adalah stimuli tambahan yang merepresentasikan produk seperti
kata-kata, gambar, dan simbol atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan
dengan produk seperti harga, toko, tempat produk dijual dan pengaruh
sales.persyaratan kunci yang diperlukan dalam komunikasi stimuli sekunder pada
konsumen adalah pengembangan konsep produk. Konsep produk adalah himpunan
manfaat produk dapat diarahkan pada kebutuhan yang didefisikan pada kelompok
konsumen melalui pesan, simbol dan citra. Konsep produk merepresentasikan
pengelolaan stimuli sekunder ke dalam posisi produk yang dikoordinasikan dan
dikomunikasikan kepada konsumen.
2. Stimuli
lingkungan (sosial dan budaya)
Stimuli lingkungan
adalah stimuli fisik yang didesain untuk emmpengaruhi keadaan lingkungan. Ada
dua factor kunci yang menentukan stimuli akan dirasakan dan bagaimana stimuli
dipersepsikan yaitu:
–
karakteristik stimulus yang mempengaruhi persepsi, karakteristik ini dibagi dua
kelompok, yaitu elemen inderawi dan elemen structural
– kemampuan
konsumen untuk emndeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau, atau stimuli yang
lainnya, ditentukan oleh tingkat ambang batasnya.
Stimulus yang
kontras yaitu yang lain dari sekelilingnya, lebih mungkin untuk mendapat
perhatian.Kontras dapat diciptakan melalui :
- Ukuran : soal ukuran, tidak selalu bahwa semakin besar ukurannya, stimulus tersebut semakin kontras. Ukuran kecil atau besar sama-sama bisa memberikan kontras, tergantung pada jenis stimulusnya.
- Warna : Faktor ”berbeda dari yang lain” dapat meningkatkan kontras suatu stimulus.
- Posisi : Misal rak-rak yang berada di dekat kasir, pintu masuk atau jalur lintasan pengunjung adalah posisi yang paling mendapat perhatian.
-
Tahap keempat dari pengolahan informasi adalah penerimaan. Setelah konsumen melihat stimulus, memperhatikan dan memahami stimulus tersebut maka sampailah kepada suatu kesimpulan mengenai stimulus atau objek tersebut. Inilah yang disebut dengan persepsi konsumen terhadap objek tersebut atau citra(images) produk. Persepsi konsumen tersebut merupakan output dari penerimaan konsumen terhadap stimulus. Di dalm konteks pemasaran, maka persepsi konsumen bisa berupa persepsi produk, persepsi merek, persepsi pelayanan, persepsi harga, persepsi kualitas produk, persepsi toko atau persepsi terhadap produsen.
MEMORY’S
ROLE IN LEARNING
-
Short-Term Memory
Memori
jangka pendek memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyimpan informasi dan
sensasi . Hal ini lebih seperti komputer file ketika digunakn . Seperti file
menyimpan informasi ketika sedang diproses
Jenisnya
:
1.STM Is Short Lived
Informasi dalam memori kerja meluruh cepat . Rentang memori
untuk harga , misalnya , adalah sekitar
3,7 detik. Berarti bahwa konsumen harus terus-menerus me-refresh informasi melalui pemeliharaan latihan atau akan
hilang
2.STM Has Limited Capacity
Terbatasnya kapasitas STM berarti bahwa konsumen tidak dapat
terus begitu banyak menampung informasi dalam memori saat ini. Kapasitas STM
dianggap dalam kisaran 5 sampai 9 bit informasi
3.Elaborative Activities Occur in STM
STM sering disebut memori kerja karena di situlah informasi
dianalisis , dikategorikan , dan ditafsirkan yaitu, STM adalah di mana kegiatan
elaboratif berlangsung.
- Long-Term Memory
Dipandang sebagai penyimpan terbatas , penyimpanan permanen .
Hal ini dapat menyimpan berbagai jenis informasi, seperti konsep ,
aturan-aturan keputusan , proses , dan afektif ( emosional ) negara . Pemasar sangat
tertarik dalam memori semantic.
Jenisnya:
1. Scripts
Memori tentang bagaimana suatu urutan tindakan harus terjadi
, seperti membeli dan minum minuman ringan untuk menghilangkan rasa haus ,
adalah tipe khusus dari skema dikenal sebagai script . Skrip yang diperlukan
bagi konsumen untuk berbelanja secara efektif.
2. Retrieval from LTM
Kemungkinan dan kemudahan dengan mana informasi dapat ditarik
dari LTM disebut aksesibilitas . Setiap kali sebuah simpul informasi atau link
antara node diaktifkan (diakses) di memori , itu diperkuat.
Ingatan
jangka panjang dan ingatan jangka pendek adalah dua kegiatan yang membentuk
kesatuan. Ingatan jangka pendek memilih, mengorganisir, mensistematisir
informasi baru yang kemudian dikirim ke ingatan jangka panjang (memorizing)
Berapa
lama informasi dapat disimpan di ingatan jangka panjang (retention) tergantung
pada unjuk kerja ingatan jangka pendek. Akhirnya ingatan jangka pendek pula
yang bertugas untuk memanggil kembali (retrieval) informasi yang tersimpan di
ingatan jangka panjang.
Setelah
konsumen menyimpan informasi di dalam long-term memory, maka suatu saat ia akan
mengambil kembali atau mengingat informasi tersebut untuk dipakai sebagai
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Proses ini dikenal sebagai retrieval.
Learning Under Conditions Of High
And Low Involvement
Keterlibatan
konsumen dalam membeli sebuah produk pasti berbeda-beda tergantung dengan harga
produk dan tingkat resikonya. Jenis produk yang beresiko rendah biasanya adalah
produk yang sering kita konsumsi sehari-hari yang harganya murah dan tidak
tahan lama misalnya saja permen. Pada saat kita ingin membeli sebuah permen
tentu saja kita tidak pernah mengecek dengan detail berbagai kandungan bahan
yang ada dalam permen tersebut, atau menghubungi Dokter terlebih dahulu untuk
menanyakan kelayakan permen tersebut untuk dikonsumsi, kemudian baru
membelinya. Waktu dan biaya yang dikeluarkan dalam pencarian informasi tidak
sebanding dengan manfaat yang akan kita peroleh dengan mengkonsumsi permen
tersebut.
Berbeda
dengan produk yang tergolong harganya mahal dan tahan lama contohnya saja
mobil, pada saat kita ingin membeli sebuah mobil, kita pasti akan meneliti dan
melihat lebih detail fitur masing-masing mobil, kemudian dibandingkannya dengan
merek mobil yang lain, atau mencari informasi dari berbagai sumber sebagai
bahan pertimbangan sebelum membeli mobil yang diinginkan, hal ini dilakukan
untuk menghindari resiko tinggi, khususnya resiko keuangan.
Proses
pembelian sebuah produk inilah yang membedakan keterlibatan konsumen dalam
melakukan pembelian. Untuk produk-produk yang berharga mahal, tahan lama dan
beresiko tinggi kecenderungan tingkat keterlibatan konsumen dalam mencari
informasi produk tersebut juga tinggi, sedangkan produk-produk yang harganya
murah dan beresiko rendah, keterlibatan konsumen konsumen untuk mencari
informasi juga rendah. Oleh karena itu kita dapat membagi dua kelompok tingkat
keterlibatan konsumen yaitu, tingkat keterlibatan konsumen tinggi dan tingkat
keterlibatan konsumen rendah.
Keterlibatan
konsumen tinggi (high involvement) adalah, suatu kondisi dimana konsumen lebih
mempertimbangkan berbagai faktor serta resiko pembelian produknya lebih tinggi,
dan produk-produk yang ditawarkan biasanya berharga tinggi serta bertahan lama.
Sedangkan kondisi keterlibatan konsumen rendah (low involvement) adalah, suatu
kondisi dimana konsumen tidak terlalu mencari informasi dalam membeli suatu produk
dan tidak perlu membandingkan antara berbagai merek, serta tingkat resikonya
rendah, dan biasanya produk-produk yang ditawarkan merupakan barang konsumsi
sehari-hari yang harganya relatif murah, dan tidak dapat bertahan lama (Basu
Swastha dan Irawan, 1990:167).
Pada
umumnya untuk barang-barang high involvement keputusan pembeliannya tidak
dilakukan di tempat-tempat penjualan, konsumen terlebih dahulu mencari
informasi dari berbagai sumber, misalnya saja bertanya kepada orang yang pernah
membeli barang tersebut, mencari informasi lewat iklan di koran, majalah,
televisi, atau internet. Sedangkan untuk barang- barang low involvement,
keputusan pembeliannya langsung dilakukan di tempat penjualan, produsen
biasanya akan mengadakan promosi ditempat tersebut misalnya dengan membuat
kemasan barang yang lebih menarik atau display barang, yang tujuannya untuk
menarik konsumen untuk membeli barang tersebut.
Dari
berbagai jenis media informasi yang ada, iklan di televisi merupakan salah satu
cara yang paling efektif untuk mempromosikan sebuah produk. Karena dengan
adanya promosi lewat iklan di televisi dapat menjangkau setiap lapisan
konsumen, sehingga konsumen dengan cepat mengetahui informasi dari produk - produk
yang ditawarkan oleh produsen baik itu produk high involvement maupun produk
low involvement.
Conditioning
Conditioning mengacu pada
pembelajaran berbasis asosiasi stimulus (informasi) dan respon (perilaku
perasaan). Terdapat dua bentuk dasar pembelajaran dalam conditioning, yaitu :
1. Classical Conditioning
Memandang bahwa perilaku merupakan hasil
dari asosiasi yang dekat antara perangsang utama (primary stimulus) dengan
perangsang kedua (secondary stimulus). Misalnya dalam sebuah iklan dipaparkan
mengenai ciri-ciri orang sukses (prymary stimulus) dan merek rokok Ardath (secondary
stimulus). Pada classical conditioning diharapkan bahwa perokok Ardath
mengasosiasikan dirinya sebagai orang sukses.
Persyaratan menggunakan classical
conditioning:
a. Seharusnya tidak ada stimuli lain
yang dapat membayangi unconditioned stimuli (prymary stimuli). Contoh iklan
kosmetik yang menampilkan beberapa artis yang mempunyai citra yang berbeda.
b. Perangsang utama seharusnya
sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain.
c. Primary stimulus seharusnya tidak
terlalu familiar bagi masyarakat.
d. Classical conditioning akan lebih
efektif jika stimulus utamanya adalah sesuatu yang baru.
2.
Instrumental Conditioning
Instrumental
conditioning memandang bahwa perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen
(perilaku pembelian) dan penilaian konsumen terhadap derajat kepuasan yang
diperoleh dari tindakan. Kepuasan yang dialami oleh konsumen akan menyebabkan
pengauatan dan akan meningkatkan kemungkinan pembelian kembali (repurchasing).
Dalam instrumental conditioning juga diperlukan adanya hubungan antara
rangsangan dan tanggapan (stimulus dan respons). Individu akan mementukan
tanggapan kepada stimulus yang
memberikan kepuasan paling tinggi.
Pembelajaran Kognitif (Cognitive
Learning)
Pada
perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai
masalahnya. Timbulmnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang
harus diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian
masalah.
Cognitive
learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara
itu classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi
stimulus.
Relevansi
Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran Pendekatan perilaku
mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan
masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil
keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan
perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian
produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi
yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.
Teori pembelajaran kognitif lebih
relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.
Pembelajaran kognitif mungkin
memiliki varian berikut :
-
belajar
menghafal Iconic - berarti pembelajaran oleh asosiasi dari dua atau lebih
konsep , dalam adanya pengkondisian . Sebuah jumlah yang signifikan dari
informasi berasimilasi secara mekanis , tidak sengaja , dan pada saat ketika
kebutuhan tertentu memanifestasikan dirinya informasi ini berkumpul di waktu
yang digunakan untuk memilih produk atau merek dagang .
-
Vicarious learning ( modeling ) - konsumen
tidak hanya belajar dari pengalaman diri tetapi juga oleh pengamatan yang
disengaja perilaku konsumen lain yang mereka beradaptasi tergantung pada mereka
kebutuhan sendiri.
-
Penalaran
- adalah metode belajar yang paling kompleks , melalui mana seseorang
melibatkan dalam berpikir kreatif dan proses penalaran dari informasi hafal dan
yang baru diterima oleh lingkungan untuk menciptakan asosiasi dan konsep baru.
Kesimpulannya,
pemasar sangat tertarik untuk membantu konsumen belajar tentang produk mereka
dan merangsang proses konsumsi. Pengetahuan tentang teori belajar dapat
digunakan untuk komunikasi struktur yang akan membantu konsumen dalam belajar
fakta yang relevan, perilaku, dan perasaan tentang produk atau merek.
Strength of Learning
Pembelajaran
menunjukkan perilaku seseorang karena pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui
saling pengaruh antara dorongan, stimulan, tanggapan dan penguatan.
Kekuatan
pembelajaran, sangat dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :
1. Importance
Merujuk
pada nilai yang ditempatkan konsumen pada informasi yang akan dipelajari.
Semakin penting bagi individu untuk mempelajari suatu perilaku khusus atau
bagian kecil informasi, semakin efektif atau efisien bagi individu tersebut
didalam proses pembelajaran.
2. Message involvement
Apabila
seorang konsumen tidak termotivasi untuk mempelajari bahan, pendalaman proses
dapat ditingkatkan dengan jalan membuat orang tersebut menjadi terlibat dengan
pesan itu sendiri.
3. Mood
Agar
mendapatkan kebahagiaan, belajar lebih banyak. Penelitian menunjukan bahwa hal
ini benar mood yang positif selama penyampaian informasi seperti nama merek,
meningkatkan pembelajaran. Mood yang positif nama merk, meningkatkan
pembelajaran
4. Penguatan atau “reinforcement”
Sesuatu
yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu respon akan diulangi diwaktu yang
akan dating, dianggap sebagai pengutan (reinforcement). Sementara pembelajaran
sering terjadi di dalam ketiadaan penguatan, penguatan mempunyai dampak yang
signifikan pada kecepatan diamana pembelajaran terjadi dan durasi (lamanya
waktu) merupakan dampaknya.
1)
Product reinforcement
: Produk yang dibeli konsumen.
2)
Nonproduct reinforcement : Hadiah jika membeli produk.
Ø Fixed-Interval
Reinforcement : Penguatan jika konsumen
membeli dalam jumlah tertentu.
Ø Variable-Ratiuo
Reinforcement : Penguatan jika konsumen memberi respon
tetapi tidak tahu berapa respon yang harus
dilakukan.
·
Penguatan
positif :
Hal-hal positif yang diterima konsumen karena membeli suatu produk.
·
Penguatan
negatif : Hal-hal
negatif yang diterima konsumen karena tidak membeli suatu produk.
·
Hukuman
: Hal-hal negatif
yang diterima konsumen karena melakukan suatu perbuatan.
·
Kepunahan
: Terjadi karena
produk tidak laku.
·
Shaping : Cara yang dilakukan
agar ramai konsumen.
5. Repetisi (repetition )
Repetisi
meningkatkan kekuatan dan kecepatan pembelajaran secara sederhana, semakin
sering orang di ekspose informasi atau mempraktekan suatu perilaku, semakin
besar kemungkinannya bagi orang tersebut untuk belajar. Sebagai contoh, iklan
dalam olahraga akan mempunyai pengaruh yang besar bagi mereka yang menonton
olahraga secara teratur dibandingkan dengan mereka yang jarang menonton.
6. Kecitraan (imagery)
Gambar
merupakan citra secara definisi, mempunyai suatu itngkatan yang tinggi dan
kecitraan(imagery). Gambar meningkatkan kecitraan visual konsumen, yang
merupakan alat pembelajaran yang khusus. Mereka juga terlihat membantu konsumen
didalm memberikan tanda pada informasi kedalam tempat yang menyimpan relevan.
Memory Interference
(gangguan memori )
Terkadang
konsumen mengalami kesulitan mengambil sebuah spesifik dari sepotong informasi
karena informasi te saling terkait dengan informasi lainnya. Efek ini disebut
sebagai gangguan memori
- Avoid Competing Advertising ( Menghindari Persaingan Iklan )
Salah
satu strategi adalah untuk menghindari iklan muncul di set yang sama dari iklan
( pod yang sama dalam format TV ) sebagai pesaing Anda . Beberapa perusahaan
benar-benar membayar premi untuk memastikan eksklusivitas ini
- Strengthen Initial Learning
Strategi
lain adalah untuk meningkatkan kekuatan belajar awal karena belajar kuat kurang
terganggu memori . Bukti untuk nilai strategi ini berasal dari fakta bahwa
gangguan memori kurang diucapkan dalam konteks keterlibatan tinggi dan merek yang
sangat familiar
- Mengurangi Kesamaan dalam Iklan
Iklan
dalam kelas produk yang sama (misalnya , iklan untuk berbagai merek ponsel )
telah terbukti meningkatkan gangguan, seperti memiliki iklan yang mirip dengan
iklan yang bersaing . Kesamaan bisa dalam hal klaim iklan , valensi emosional ,
dan elemen eksekusi iklan seperti musik latar belakang atau gambar . Menariknya
, kesamaan antara elemen eksekusi iklan dapat menyebabkan gangguan memori
bahkan ketika iklan untuk merek dalam kategori produk yang berbeda.
- Provide External Retrieval Cues ( Isyarat pengambilan )
Isyarat
pengambilan menyediakan jalur eksternal untuk informasi yang disimpan dalam
memori . Alasan bahwa nama-nama merek sangat penting karena mereka dapat
berfungsi sebagai isyarat pengambilan . Melihat nama merek dapat memicu
penarikan kembali informasi merek yang tersimpan dalam memori , serta
pengambilan gambar dan emosi yang terkait dengan iklan-iklan sebelumnya untuk
merek
Tanggapan
Lingkungan
Retrieval
juga dipengaruhi oleh kesamaan pengambilan ( respon ) lingkungan ke lingkungan
belajar asli dan jenis pembelajaran. Dengan demikian, semakin banyak situasi
pengambilan menawarkan isyarat mirip dengan isyarat hadir selama belajar ,
pengambilan efektif yang lebih mungkin adalah terjadi . Salah satu strategi
adalah lingkungan pengambilan menyerupai lingkungan belajar asli.
Brand Image and Product Positioning
Brand
image mengacu pada memori skematik dari sebuah merek, mengandung interpretasi
target pasar dari produk, atribut, manfaat, situasi penggunaan, pengguna, dan
karakteristik pemasar manufactur.
·
Product Positioning
Positioning
produk adalah keputusan oleh pemasar untuk mencoba untuk mencapai citra merek
didefinisikan relatif terhadap persaingan dalam segmen pasar.
Sebuah
komponen penting dari brand image adalah situasi penggunaan yang tepat untuk
produk atau merek.
Dalam
pemasaran, positioning adalah cara yang dilakukan oleh marketer untuk membangun
citra atau identitas di benak konsumen untuk produk, merk atau lembaga
tertentu. Positioning adalah membangun persepsi relatif satu produk dibanding
produk lain. Karena penikmat produk adalah pasar, maka yang perlu dibangun
adalah persepsi pasar. Reposisi produk sangat ditentukan dari sudut pandang
mana konsumen melihat citra produk kita, apabila kita menerapkan family
branding dalam mengembangkan produk, maka keseluruhan citra perusahaan akan
sangat mempengaruhi citra produk.
Re-positioning merupakan kegiatan yang melibatkan penggantian identitas produk , jalinan kompetitor yang ada dan mengubah citra yang ada di benak konsumen.
De-positioning merupakan kegiatan untuk mengganti jalinan kompetitor, tujuannya adalah untuk mengganti segmen pasar dan kegiatan ini mengharuskan pemilik merk untuk mengubah citra produk yang ada di benak konsumen. Contoh paling nyata adalah dalam industri otomotif, Yamaha melakukan de-positioning untuk produk Vega R nya dari segmen menengah ke segmen ekonomis, sebagai pesaing langsung produk murah dari china, produk supra fit dari honda dan Smash dari suzuki
Strategi
Positioning Produk
Kemampuan untuk mengidentifikasi peluang
positioning merupakan ujian yang berat bagi seorang marketer. Keberhasilan satu
positioning biasanya berakar pada berapa lama produk tersebut mempunyai
keunggulan bersaing. Beberapa hal mendasar dalam membangun strategi
positioningsatu produk antara lain :
- Positioning pada fitur spesifikasi produk
- Positioning pada spesifikasi penggunaan produk
- Positioning pada frekuensi penggunaan produk
- Positioning pada alasan mengapa memilih produk tersebut dibanding pesaing
- Positioning melawan produk pesaing
- Positioning dengan melakukan pemisahan kelas produk
Proses Positioning
Produk
Pada umumnya, proses postioning produk
melibatkan :
- Mendefinisikan ke segmen pasar mana produk tersebut akan disaingkan
- Mengidentifikasikan dimensi atribut dan kemasan untuk menentukan seberapa besar pasar
- Mengumpulkan informasi dari konsumen tentang persepsi mereka tehadap produk dan produk pesaing
- Mengukur seberapa jauh persepsi konsumen terhadap produk · Mengukur seberapa besar pasar produk pesaing
- Mengukur kombinasi target pasar untuk menentukan variabel marketing dalam melakukan marketing mix
- Menguji ketepatan antara ,Daya saing produk kita dengan produk pesaing, Posisi produk kita dalam persaingan, Posisi vektor idela dalam marketing mix
- Positioning produk
Brand Equity dan Brand Leverage
Ditinjau
dari perspektif pemasaran, ekuitas merek dirumuskan sebagai nilai tambah yang
dimiliki sebuah produk (Furquhar, 1989). Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Erdem & Swait (dalam Fandi Tjiptono 2005:39) bahwa ekuitas merek merupakan
nilai sebuah produk yang terkirim kepada konsumen.
Menurut
Kotler dan Amstrong (2003:350) ekuitas merek merupakan nilai suatu merek
berdasarkan seberapa kuat nilai merek tersebut memilki nilai loyalitas merek,
kesadaran konsumen akan merek tersebut, kualitas yang dipersepsikan, asosiasi
merek, dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan hubungan
jaringan distribusi.
David A.
Aaker (dalam Andi M. Shadat; 2009:163) memberikan pengertian bahwa ekuitas
merek adalah serangkaian aset dan kewajiban yang terkait dengan sebuah merek,
nama, dan symbol yang menambah atau nilai yang diberikan sebuah produk atau
jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan.
|
Beradasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa
ekuitas merek merupakan nilai tambah yang dimiliki oleh sebuah merek dari
sebuah produk yang diterima oleh konsumen yang dapat menimbulkan perasaan
tertentu dalam pribadi konsumen. Ekuitas merek yang bernilai positif di benak
pelanggan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap suatu merek produk
tertentu, sebaliknya ekuitas merek yang bernilai negatif dapat mengurangi
loyalitas pelanggan.
|
|
Brand
leverage, sering disebut merek keluarga, ekstensi merek, atau merek payung,
mengacu pada pemasar memanfaatkan ekuitas merek dengan menggunakan nama merek
yang sudah ada untuk produk baru.
Brand Leverage yang
sukses umumnya mensyaratkan bahwa merek asli memiliki citra positif yang kuat
dan bahwa produk baru cocok dengan produk asli
pada setidaknya satu dari empat dimensi:
1. Komplemen. Dua produk yang digunakan bersama-sama.
2. Pengganti. Produk baru dapat digunakan sebagai pengganti yang asli.
3. Transfer. Konsumen melihat produk baru sebagai membutuhkan keterampilan
manufaktur yang sama seperti aslinya.
4. Gambar
__________________________________________________________________________________
Slide dapat dilihat di
https://docs.google.com/presentation/d/1FxciD_WYuUHsL9DOV9wrd0AgFqm8j4RItGL9SErTMWs/edit?usp=sharing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar